Sebenarnya kalau mau dijelaskan secara rinci, ada 4 fase dengannya ini. Fase tidak sadar perasaan sendiri, fase menyadari perasaan sendiri, fase denial pada perasaan sendiri dan fase menerima perasaan sendiri. Saya akhirnya di fase ke empat dan itulah yang ingin diceritakan kemari. Melewatkan semua fase dan apa saja yang terjadi selama fase itu.
Hanya untuk sebuah pembelajaran bagi yang selama ini memutuskan untuk tidak merasa, lalu tiba-tiba kembali merasakannya.
FASE TIDAK SADAR PERASAAN SENDIRI
Saya jujur saya tidak tahu kenapa bisa berakhir seperti ini. Hal yang pertama terlintas saat melihatnya adalah dia sangat lokal seperti Koko-Koko Surabaya, yang ternyata tidak. Saya memang mengamatinya sekilas beberapa kali dan menyadari jika dia tipe yang sering mendekati saya semasa SMA dan alarm tanda bahaya sudah merasa dia pantas untuk dijauhi. Saya bersikap biasa selama bekerja dan seperti itu, seharusnya.
Harusnya merokok, tindikan dan klubbing jam 2 malam sudah cukup membuat saya semakin yakin untuk mundur karena itu bukanlah tipe saya. Kenyataannya....
FASE MENYADARI PERASAAN SENDIRI
Entah kapan saya menyadari hal ini, tetapi tiba-tiba saja di dekatnya terasa nyaman meski tanpa kata.
Sebenarnya saya tidak mau kepedean, tetapi kata teman, dia akan mencari keberadaan saya jika tidak terlihat pada pandangannya. Tidak percaya sebenarnya, karena semua itu mungkin saja hanyalah kebetulan belaka. Dia berkeliling karena saya tidak ada di pandangan karena mengira pergi tanpa izin. Dia juga lebih baik kepada saya karena tidak terkendala bahasa untuk berkomunikasi. tidak seperti yang lainnya.
Namun ... sampai hari ini masih bertanya-tanya tujuannya menjadi orang pertama melihat IG story saya selama beberapa hari itu tujuannya apa?
FASE DENIAL PERASAAN SENDIRI
Saya pikir, saat event berakhir maka perasaan ini juga akan berakhir. Namun, ternyata perasaan ini semakin kuat dan membuat nelangsa sendiri. Apalagi saat saya konfirmasi apa yang terjadi di malam terakhir, dia malah balik bertanya siapa yang melakukannya?
Membuat saya yakin ini hanyalah perasaan satu pihak dan ternyata ... itu menyakitkan. Sampai saya mendrama dan meminta dosis obat dinaikkan 100% kepada dokter dan menyalahkannya karena jatuh cinta kepadanya.
FASE MENERIMA PERASAAN SENDIRI
Ini baru terjadi beberapa hari ini, setelah akhirnya lelah denial pada diri sendiri. Akhirnya menerima saya menyayanginya. Akhirnya menerima jika perasaan ini juga bertepuk sebelah tangan, tidak masalah. Akhirnya menerima dan merendahkan ekspetasi untuk tidak berharap kepadanya.
Ekspetasinya sebegitu rendahnya sampai saya hanya ingin diterima sebagai temannya. Tidak apa-apa jika dia akhirnya bersama yang lain, karena dia sudah membuat saya banyak berubah menjadi orang yang lebih baik. Menjadi orang yang tidak pernah terbayangkan akan bisa eksis pada diri saya.
Sepertinya ini antara level menerima atau level tahu diri tidak bisa dibedakan lagi.
*
Saya rasa, setiap orang punya fase seperti ini saat menyukai seseorang. Saya tidak yakin akan bertahan berapa lama perasaan ini, tetapi yang ingin saya ucapkan terima kasih kepadanya karena banyak hal berubah secara tidak langsung karenanya. Mungkin ini postingan orang jatuh cinta paling tidak banget karena tidak menye, tetapi bagi saya yang penggunak logika ini sudah menye maksimal.
Can I ask you question?
*semua percakapan padanya dimulai dari ini*