Social Media

Sunday, December 1, 2019

Tentang Membantu Orang Lain

Pernah merasa tidak tahu harus melakukan apa saat mengalami depresi (sebelum didiagnosa bipolar), membuat bertekad jika ada yang membutuhkan bantuan akan saya berusaha bantu. Lalu saat menengok setahun belakangan, ternyata saya sudah banyak berubah dan impian itu menjadi nyata.

Padahal setahun yang lalu, di bulan ini saya terus menangis di tengah malam karena lelah untuk bertahan hidup. Sungguh waktu setahun bisa mengubah segalanya.


Saya tidak pernah menutupi jika memiliki penyakit mental, tidak merasa malu karena itu adalah bagian dari diri ini dan merasa jika ada yang tidak bisa menerima saya apa adanya, mungkin memang tidak berjodoh untuk menjalin relasi dengannya.

Sesederhana itu pemikiran saya.

Namun, orang yang kebetulan saya temui dan saya bantu tidak memiliki pemikiran serupa. Saya tidak menyalahkan, karena siapa yang bisa menerima diri ini memiliki penyakit mental? Saya juga awalnya tidak mau menerima dan bisa sampai di fase sekarang itu butuh perjuangan yang berat dan tidak instan. Jadi saya tidak mengekspetasikan orang-orang yang saya temui ini bisa langsung menerima dirinya begitu menyadari ada yang salah dengan dirinya.

Mungkin justru karena tidak mengekspetasikan apa pun itulah, saya bisa membantu mereka. Karena entah mengapa bagi mereka saya bisa memposisikan diri dan dipercaya. Mungkin karena pengalaman di mana saya menghadapi ini sendirian, sehingga mencoba membantu sebisanya.

Saya juga belajar, saat menolong seseorang jangan memiliki eskpetasi apa pun. Karena niat ingin sembuh dan bahwa mereka mau ke dokter dan terus melanjutkan sesi hingga benar-benar sembuh itu adalah dua hal yang berbeda. Karena tidak semua orang sanggup untuk bertahan pada prosesnya dan itu bukanlah tanggung jawab saya untuk memastikan orang tersebut untuk sembuh.

Desember tahun ini, saya berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik agar bisa menolong lebih banyak orang lagi.