Social Media

Bye, 2019

Tuesday, December 31, 2019

Jadi apa saja yang terjadi pada tahun 2019 ini? Banyak banget dan rasa-rasanya banyak yang terlupakan karena malas mengisi blog ini. Namun, saya yakin 2020 nanti akan semakin baik lagi dan semakin rajin mengisi blog ini untuk menyimpan kenangan.


1. AKHIRNYA BEKERJA
Meski bukan sesuai jurusan, tetapi saya senang telah merasakan bekerja. Mulai menjadi barista, SPG parfum sampai yang terbaru, menjadi kasir BBW. Untuk yang terakhir, saya tidak menyangka akan berpartisipasi di event yang terkenal itu dan membawa hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Benar-benar tahun 2019 ini membuat saya bahagia dengan semua pengalaman pekerjaan yang dijalani.

2. PAPA AKHIRNYA BERPULANG
Saya tahu cepat atau lambat, Papa akan berpulang. Namun, ternyata saat mengalaminya terasa menyakitkan. Apalgi impian beliau yang melihat saya wisuda tidak terlaksana dan mengingat hal ini selalu membuat sesak. Ada banyak hal yang disesali dan pada akhirnya, saya hanya bisa mengirimkan doa untuk memohon kepada Tuhan agar Papa diberikan tempat terbaik di sisinya.

3. DIWISUDA JUGA
Meski benar-benar terlambat untuk diwisuda, saya lega. Akhirnya lepas dari kampus dan meski nilai IPK akhir tidak memuaskan, setidaknya itu usaha jujur selama ini. Setidaknya saya bisa mempertanggung jawabkannya kepada dunia. Saya mungkin tidaklah terbaik kalau melihat nilai IPK, tetapi itulah nilai yang saya dapatkan karena menjadi jujur. Saya lebih baik di bawah rata-rata karena menjadi jujur daripada di atas karena hasil kecurangan.

Ini tentang prinsip.

4. MEMILIKI TEMAN-TEMAN BARU YANG SATU FREKUENSI
Terima kasih BBW, karena saya menemukan teman-teman baru yang seru dan tidak menyangka satu frekuensi. Teman yang asik, bisa membangun sisi lain yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan teman yang tidak menilai saya yang bipolar ini. Benar-benar teman yang mendukung saya dari hal baik, hal yang tidak bisa diterima dengan mudah (bipolar) sampai mendukung perjulidan yang sudah basi, tetapi terus dibahas karena seru, hahahaha.

5. KEMBALI MERASAKAN HAL YANG TIDAK TERPIKIRKAN UNTUK DIRASAKAN
Mari jujur, saya tidak pernah berharap jika akan bisa merasakan cinta kembali. Bahkan saya sudah menyusun masa depan untuk hidup sendirian sampai akhir hayat. Lalu dia muncul di hidup saya dan dalam waktu yang singkat mengacaukan semuanya. Saya panik, dokter panik karena mood saya berubah tajam sampai harus uji coba obat dosis dinaikkan 100% (pada akhirnya dikembalikan seperti semula karena saya jadi mudah tertidur di mana saja dan kapan saja) dan semua teman-teman saya juga panik karena takut saya melakukan hal berbahaya.

Rasa-rasanya, jatuh cinta selama ini tidak pernah seribet ini. Apa mungkin karena saya bipolar sehingga semuanya yang berhubungan dengan emosi jadi jauh lebih rumit?

*

2019 sebentar lagi berakhir dan jujur, tahun ini penuh dengan naik dan turun. Saya menerima, kehilangan dan menyambut hal-hal yang tidak terduga akan dialami. Saya optimis dengan tahun 2020 dan sudah menyusun list yang ingin dicapai di tahun tersebut. Hal yang bisa saya lakukan adalah menyemangati diri sendiri untuk menggapainya.

2019, terima kasih karena telah hadir.
Read More

Tentang Perasaan Kepadanya

Tuesday, December 3, 2019

Jika di postingan sebelumnya saya menjelaskan fase menyadari perasaan kepadanya, maka ini akan menjelaskan apa yang terpikirkan tentangnya. Saya berpikir panjang saat perjalanan pulang setelah meminum kopi yang diberikan rum dan sampai pada pertanyaan ini.

Apa saya benar-benar menyukainya atau hanya menyukai sensasi ternyata masih bisa jatuh cinta pada lelaki di dunia nyata dan bukan pada oppa yang biasa hanya bisa dilihat melalui layar?


Jujur ini sangatlah menganggu saya karena ... rasanya semua jadi tidak masuk akal sekaligus masuk akal di saat bersamaan. Mengerti tidak sih, ada di titik yang membuat "aha!" karena akhirnya menemukan jawaban yang masuk ke dalam logika?

Saya tahu menyimpulkan sendiri itu tidaklah baik, tetapi setelah menemukan jawaban ini saya merasa lebih tenang. Bahwa saya tahu di posisi mana harus meletakkan hati dan silahkan panggil saya penakut karena tidak mau ambil resiko untuk mencintai. Namun, saya memang tidak mau karena pada dasarnya sejak awal tidak mendesain diri sendiri untuk hal ini.

Lagipula, setelah saya mengetahui apa yang diinginkan membuat lega. Bahwa saya tahu kalau mengalami kemungkinan terburuk tidak akan merasakan sakit yang parah. Setidaknya ada waktu untuk menyembuhkan diri sendiri dan akhirnya bisa fokus dengan apa yang diinginkan untuk dicapai.

Dengan kesimpulan itu, saya bisa lebih tenang. Semua rencana kehidupan bisa lebih fokus dan mungkin memang tahun 2020 bukan tahun saya untuk merasakan cinta seperti orang lain. Tidak apa-apa, sudah biasa juga seperti ini dan saya baik-baik saja nyatanya.

Karena Tuhan itu adil, saya mungkin dirasa tidak akan pernah siap dengan hal-hal seperti ini.
Read More

Tentang Membantu Orang Lain

Sunday, December 1, 2019

Pernah merasa tidak tahu harus melakukan apa saat mengalami depresi (sebelum didiagnosa bipolar), membuat bertekad jika ada yang membutuhkan bantuan akan saya berusaha bantu. Lalu saat menengok setahun belakangan, ternyata saya sudah banyak berubah dan impian itu menjadi nyata.

Padahal setahun yang lalu, di bulan ini saya terus menangis di tengah malam karena lelah untuk bertahan hidup. Sungguh waktu setahun bisa mengubah segalanya.


Saya tidak pernah menutupi jika memiliki penyakit mental, tidak merasa malu karena itu adalah bagian dari diri ini dan merasa jika ada yang tidak bisa menerima saya apa adanya, mungkin memang tidak berjodoh untuk menjalin relasi dengannya.

Sesederhana itu pemikiran saya.

Namun, orang yang kebetulan saya temui dan saya bantu tidak memiliki pemikiran serupa. Saya tidak menyalahkan, karena siapa yang bisa menerima diri ini memiliki penyakit mental? Saya juga awalnya tidak mau menerima dan bisa sampai di fase sekarang itu butuh perjuangan yang berat dan tidak instan. Jadi saya tidak mengekspetasikan orang-orang yang saya temui ini bisa langsung menerima dirinya begitu menyadari ada yang salah dengan dirinya.

Mungkin justru karena tidak mengekspetasikan apa pun itulah, saya bisa membantu mereka. Karena entah mengapa bagi mereka saya bisa memposisikan diri dan dipercaya. Mungkin karena pengalaman di mana saya menghadapi ini sendirian, sehingga mencoba membantu sebisanya.

Saya juga belajar, saat menolong seseorang jangan memiliki eskpetasi apa pun. Karena niat ingin sembuh dan bahwa mereka mau ke dokter dan terus melanjutkan sesi hingga benar-benar sembuh itu adalah dua hal yang berbeda. Karena tidak semua orang sanggup untuk bertahan pada prosesnya dan itu bukanlah tanggung jawab saya untuk memastikan orang tersebut untuk sembuh.

Desember tahun ini, saya berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik agar bisa menolong lebih banyak orang lagi.
Read More