Sudah lama tidak menulis kemarin dan sebenarnya lumayan canggung karena bingung harus mulai bercerita dari mana. Namun, kejadian hari ini membuat saya merasa harus menuliskan ini agar menjadi pengingat jika suatu hari nanti terjatuh ke dalam lembah yang sama.
Jangan lupa cintai diri sendiri.
Hari ini, secara spontan saya ingin memainkan make up dan saya yakin skill sudah berkurang jauh. Namun, siapa yang menduga jika hasilnya jauh dari ekspetasi dan membuat saya bahagia? Seolah orang yang dilihat dikaca itu bukanlah saya dan membuat saya terdiam cukup lama.
Kapan saya merasa cantik?
Kapan saya merasa bahagia saat melihat pantulan diri di kaca?
Kapan saya benar-benar mengurus diri sendiri sehingga menjadi seperti ditampilkan di kaca?
Pertanyaan itu yang membuat saya terdiam dan hampir menangis. Karena saya sadar tiga bulan belakangan hidup begitu kacau dan setiap melihat diri sendiri di kaca rasanya hanya ingin memaki karena tidak bahagia. Karena sedang tidak mencintai diri sendiri.
Karena banyak hal yang terjadi selama 3 bulan ini.
Mulai saya kehilangan teman baik yang selama ini berbagi banyak hal, tentang saya yang tidak begitu menyukai lagu BTS yang terbaru dan tidak ingin menjadi ARMY lagi karena banyak yang merasa superior dari grup lainnya. Semua grup memiliki kisahnya sendiri dan meski tidak semua ARMY seperti itu, tetapi semua orang pasti akan menganggap semuanya (termasuk saya) adalah orang-orang sombong itu.
Waktu itu, alasan saya mau ke psikiatri adalah menyukai lagu BTS dan merasa harus menyelamatkan diri sendiri. Namun, saat di fase saya tidak menyukai lagu BTS yang terbaru dan tidak mau menjadi bagian ARMY, saya hilang arah dan limbung. Saya memutuskan berhenti minum obat dan berhenti datang ke psikiatri. Bahkan meski saya selalu keluar rumah setiap hari menemui teman-teman saya agar menjaga kewarasan, itu tidak cukup.
Saya merasa tidak baik-baik saja karena tidak bertemu psikiatri, tetapi saya tidak mau minum obat lagi. Saya benci obat-obat itu dan memutuskan tidak akan meminumnya lagi. Namun, saya tahu itu salah dan pada akhirnya saya mengambil langkah tegas setelah menangis bertengkar dengan mama karena lebih memilih orang asing untuk dibela daripada saya, anaknya sendiri.
Pergi ke klinik kopri untuk meminta surat rujukan ke dokter psikiatri yang baru, bukan yang selama setahun lebih ini saya selalu datangi. Saya merasa harus menyelamatkan diri sendiri dan tidak perlu percaya dengan siapa pun kecuali diri sendiri dan psikiatri pilihan saya.
Tentang psikiatri baru ini akan saya ceritakan di postingan lain. Namun, setelah itu saya mulai merasa tenang dan hidup mulai bisa lebih teratur. Saya bisa mengontrol emosi yang seharusnya di saat itu akan merasa marah karena tidak dianggap sebagai anak yang berhak tahu akan segala situasi yang mama hadapi.
Saya bisa tidur di bawah jam 12 malam.
Saya bisa bangun pagi meski bukan alasan bekerja di kantoran (meski lagi korona begini, kebanyakan kantor juga meliburkan karyawannya).
Saya bisa kembali merawat diri.
Saya bisa merasa bahagia dan merasa cantik.
Saya bisa merasa kembali mencintai diri sendiri.
Mencintai diri sendiri itu proses yang tidak ada akhirnya. Jika suatu saat saya terjatuh kembali, adanya tulisan ini bisa sebagai pengingat bahwa saya bisa melewati semuanya. Karena pada akhirnya, semua jawaban itu seklise 'waktu akan menjawab semuanya'.